Senin, 01 Oktober 2012

BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN METODE System of Rice Intensification (SRI)

BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN METODE System of Rice Intensification (SRI) FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN (INTAN) YOGYAKARTA 2012 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras merupakan bahan makanan pokok penduduk Indonesia. Konsumsi beras penduduk Indonesia mencapai 139 kg/ kapita. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus tumbuh, kebutuhan akan beras akan terus meningkat setiap tahun. Di sisi lain, luas lahan pertanian tidak banyak bertambah, dan jumlah petani mengalami penurunan. sehingga produksi beras nasional mengalami penurunan berkaitan dengan hal tersebut pemerintah harus mengimpor beras. Sepanjang 2001-2005, impor beras bertahan di atas 2 juta ton pertahunnya, yang membuat Indonesia praktis selalu berada pada lima besar negara pengimpor beras. Penyediaan pangan terutama beras dalam jumlah yang cukup dan harga yang terjangkau masyrakat luas tetap menjadi prioritas utama pembangunan nasional. Selain merupakan tanaman pokok lebih dari 95% rakyat Indonesia, bercocok tanam padi juga menyediakan lapangan pekerjaaan bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani di pedesaan, dari sisi ketahanan pangan nasional fungsinya menjadi sangat penting dan strategis. Pemenuhan kebutuhan pangan yang terus tumbuh selaras laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,36% per tahun bukanlah pekerjaan mudah karena diperlukan upaya-upaya peningkatan produksi beras sejalan dengan kebutuhan yang makin meningkat. Di Indonesia saat ini, upaya peningkatan produksi padi terus-menerus dilakukan melalui berbagai pengenalan inovasi teknologi. Namun, dalam kenyataanya produksi padi telah mencapai titik klimaksnnya. Dari pengamatan fenomena yang terjadi dilapangan memperlihatkan lemahnya hasil peningkatan produksi. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningaktan produksi dan kualitas produk secara signifikan. Salah satu diantaranya dengan menerapkan metode system of rice intensification atau SRI Organik. Budidaya Padi SRI telah diadopsi oleh banyak petani di 28 negara (Uphoff, 2004). Budidaya padi yang berasal dari Madagascar ini diperkenalkan pertama kali di Indonesia oleh Prof. Dr Norman Uphoff dari Cornell University, Amerika Serikat tahun 1997. Sistem budi daya pertanian di Indonesia dalam kurun waktu yang panjang mengalami penurunan dalam hal produktivitas, kualitas, dan efisiensi. Penurunan terjadi mulai dari luas lahan garapan yang kian susut akibat terdesak oleh kegiatan industrialisasi dan perumahan. Produktivitas semakin menukik tajam karena banyak lahan yangg hilang kesuburannya akibat penggunaan pupuk kimia yang tidak bijaksana. Pemakaian pestisida dan pupuk kimia yang cenderung berlebihan dan tidak terkontrol pasti mengakibatkan keseimbangan alam terganggu, musuh alami hama menjadi punah, sehingga hama dan penyakit tanaman berkembang pesat, dan adanya residu kimia pada hasil panen. Penghematan penggunaan pupuk dan pestisida kimia mutlak harus dilakukan. Selain itu, krisis lingkungan karena pencemaran perlu disikapi mengingat dampak negatif yang tidak sedikit bagi manusia dan lingkungan. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah harga pupuk dan antihama yang mahal, terkadang langka di pasaran serta faktor kolutif lain. Di antaranya mekanisme pasar yang cenderung memperkaya segelintir orang dan faktor politis yang tidak memihak petani. B. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Budidaya Tanman Pangan 2. Untuk mengetahui apa itu SRI 3. Untuk mengetahui bagaimana budidaya Padi dengan sistim SRI II. BUDIDAYA PADI DENGAN METODE SRI A. Sejarah SRI SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%. Sebagaimana di contohkan oleh Dr Widodo bahwa petani zaman dahulu sangat sedikit menafaatkan input dari luar segala kebutuhan dipenuhi senderi termasuk pupuk, zaman dahulu selain punya tanaman baik padi maupun sayuran pasti juga punya Ternak, beliupun mengutip suatu statement yang sangat menarik. Metode SRI ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983 -84 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana. Oleh penemunya, metododologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan Ie Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI. B. Prinsip Dasar Budidaya SRI No. Prinsip Alasan 1 Menggunakan BO 5-7 ton/Ha - Memperbaiki tekstur dan struktur tanah - Mendukung tumbuh aktivitasnya biota-biota tanah - Tersedianya nutrisi bagi tanaman - Menyelenggarakan ekologi yang sehat dan hasil padi sehat sehingga ekosistem kuat 2 Uji bernas uji benih - Daya tumbuh tinggi - Tahan hama penyakit 3 Benih muda umur 5-7 hari - Memberi peluang pada tanaman padi untuk mengembangkan hidupnya - Untuk mendukung tumbuhnya tanaman di lahan (agar langsung tumbuh) - Untuk mengantisipasi tidak terjadi ditanam dalam (bagi penanam baru) - Mengantisipasi kerusakan akar 4 Tanam tunggal 1 pohon - Hemat bibit (efisiensi) - Agar tidak terjadi persaingan/perebutan unsur hara dan sinar matahari dan aktivitas pembakaran - Agar akar tidak membentuk ruas-ruas yang tidak diharapkan (ruas panjang) dan agar akar tidak hancur - Potensi anakan lebih banyak 5 Ditanam dangkal 0.5 – 1 cm - Pengelolaan akar dan tumbuhnya lebih cepat - Akar tidak beruas panjang - Merangsang tumbuh dan mempercepat anakan lebih banyak - Aerasi tanah mendukung pertumbuhan akar - Nutrisi yang tersedia bagi tanaman lebih banyak - Tidak mudah rebah 6 Ditanam hurup L - Efisiensi cadangan makanan - Merangsang dan mempercepat keluar ruas, akar dan anakan - Akar lebih besar, putih dan sehat 7 Jarak tanam lebar 30 x 30 cm 40 x 40 cm 50 x 50 cm - terhindar dari persaingan unsur hara (nutrisi), sumber energi dan aktivitas perakaran - Terhindar dari serangan hama dan penyakit - Terhindar dari rangsangan keasaman tanah - Memudahkan penyiangan - Merangsang anakan lebih banyak - Mendorong tumbuhnya malai produktif 8 Tidak digenang air - Pengelolaan tanah (biota-biota) agar tetap aktivitasnya tinggi - Terhindar dari kerusakan jaringan akar (komplek, xylem, phloem dan cortek) - Sumber energi lebih cepat masuk ke tanah - Menghindari tumbuh dan berkembangnya hama 9 - Penyiangan 4x 10 hari 20 hari 30 hari 40 hari - Penyemprotan MOL - Menghindari tumbuhnya tanaman yang tidak dibudidayakan - Membantu tersedianya oksigen (udara) di zona perakaran padi - Mempertahankan struktur tanah tetap stabil - Menambah aktivitas bakteri 10 Tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida sintesis - Memperbaiki kondisi ekosistem dan ekologi serta kualitas pangan - Menuju kemandirian petani - Mengarah dan menggali kearifan lokal dan potensi C. Keunggulan Metode SRI 1. Tanman hemat air, selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen pemberian air maksimum 2 cm paling macak-macak 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak ( irigasi terputus). 2. Hemat biaya hanya butuh benih 5 kg/ha, tidak butuh biaya pencabut bibit , todak butuh biayapindah bibit tenaga tanam berkurang , dan lain-lain. 3. Hemat waktu, di tanam bibit muda 5 – 12 hari setelah semai dan waktu panen akan lebih awal. 4. Produksi meningkat di beberapa tempat mencapai 11 ton/ha. 5. Ramah lingkungan secara bertahap penggunaan pupuk kmia akan dikurangi dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik, begitu juga penggunaan pestisida. D. Pengolahan tanah Untuk mendapatkan media tumbuh metode SRI yang baik, maka lahan diolah seperti mananam padi metode biasanya yaitu tanah dibajak sedalam 25 sampai 30 cm sambil dibenamkan sisa-sisa tanman, jerami dan rerumputan. Kemudian digemburkan dengan garu lalu diratakan sebaik mungkin agar tidak ada air yang tergenang. Pengelolaan tanah mengutamakan penggunaan bahan organik kompos dengan dosis 5-7 ton /ha atau disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah yang ada. Kompos diberikan pada saat seminggu sebelum bibit padi di tanam dan pada pengolahan tanah kedua atau saat perataan ( ketika kondisi air di petakan macak-macak/ lembab). Pada petak SRI perlu dibuat parit keliling dan melintang petak untuk membuang kelebihan air. Letak dan jumlah parit pembuangan disesuaikan dengan bentuk dan ukuran petak, serta dimensi saluran irigasi. E. Pembibitan Untuk memperoleh produksi yang maksimal, usaha yang baik harus dimulai sejak awal. Selain penggunaan benih bersertifikat, perlakuan benih saat akan disemaikan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan awal bibit padi. Inilah perlakuan benih padi yang baik sebelum disemaikan : 1. Menyortir benih yang masih memiliki daya tumbuh tinggi dengan menggunakan larutan garam. • Siapkan larutan garam dalam ember dengan volume sesuai dengan benih padi yang akan disortir. Konsentrasi larutan garam (takaran garam) tersebut diukur dengan menggunakan telur ayam/bebek mentah. Masukkan telur ke dalam ember berisi air. Masukkan garam sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk pelan. Pemberian garam dihentikan ketika telur mulai mengapung dalam air, hal ini menunjukkan bahwa kandungan garam telah cukup sebagai penguji benih. • Masukkan benih padi yang akan disortir. Kemudian diaduk sehingga semua benih tercampur dengan larutan garam tersebut. Biarkan beberapa menit, sehingga terlihat benih padi tersebut tenggelam dan sebagian kecil terapung. • Benih yang masih terapung merupakan benih hampa/rusak/tidak sempurna, sehigga tidak layak untuk dijadikan bibit. Walaupun benih tersebut dapat tumbuh, akan tetapi akan tumbuh menjadi bibit yang tidak sempurna. • Benih yang tenggelam dipilih sebagai benih yang akan disemaikan. Benih tersebut kemudian dibilas dengan air bersih sebanyak 2 kali agar larutan garamnya tercuci dengan baik. 2. Memeram benih sebelum disemai. • Benih yang akan disemai sebaiknya dibantu pertumbuhannya dengan cara diperam. • Benih direndam dalam air bersih selama kurang lebih 1 jam, kemudian ditiriskan dalam ayakan atau saringan sampai tidak ada air yang menetes. • Benih yang lembab tersebut kemudian dimasukkan dalam karung goni atau karung terigu (atau kain katun) dan dibiarkan selama 2 hari dalam ruangan yang terlindung. • Setelah dua hari akan nampak pada pangkal benih berwarna putih yang menandakan bahwa akar benih telah mulai tumbuh dan telah siap disemai dalam persemaian. • Benih yang telah diperam akan memiliki daya tumbuh yang lebih cepat dan lebih baik dibanding dengan benih yang tidak diperam, sehingga dalam persemaian akan tumbuh lebih kuat dan sehat. 1. Persemaian benih Metode SRI tidak banyak memerlukan benih, yaitu hanya 3-5 kg/ha. Oleh karena itu, persemaian bisa dilakukn di atas nampan,besek atau baki. Hal tersebut dilakuakan agar mudah waktu mencabutnya danbenih tetap utuh, baik maupun keeping bijinya, waktu dipindahkan ke sawah. Pembuatan media persemaian dangan metode SRI dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: • Mencampur tanah, pasir, dan pupuk organic/kompos dengan perbandingan 1:1:1. • Sebelum besek tempat pembibitan diisi dengan media terlebih dahulu dilapisi dengan daun pisang dengan harapan untuk mempermudah penyabutan dan menjaga kelembapan kemudian media dimasukan dan disiram air agar lembab. • Lalu taburkan benih yang sudah di peram • Kemuduan di tutup dengan lapisan tanah yang tipis. • Persemaian dapat disimpan di tempat-tempat yang aman dari gangguan hewan dll. • Selama masa persemaian pemberian air dapat dilakukan setiap hari agar media tatap lembab dan tanaman tetap segar. F. Penanaman Penanaman dengan metode SRI dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Bibit yang ditanam harus berusia muda, yaitu kurang dari 12 hari setelah samai yaitu ketika bibit masih beradaun 2 helai. 2. Bibit padi ditanam tunggal atau satu bibit per lubang. 3. Penanaman harus dangkal dengan kedalaman 1-1,5 cm serta perakaran saat penanaman seperti huruf L dengan kondisi tanah sawah saat penanaman tidak terrgenang. 4. Jarak tanam lebar tidak kurang dari 30 x 30 cm. 5. G. Pengelolaan air dan penyiangan. Penyiangan (ngosrok/matun) bisa menggunakan alat seperti penyiangan seperti osrok, atau dengan manual menggunakan tangan. Selain dapat membersihkan rumput penyiangan juga dapat menggemburkan tanah di celah-celah tanaman padi. Penggemburan tanah bertujuan tercipta kondisi keadaan aerob di dalam tanah yang dapat berpengaruh baik bagi akar-akar tanman padi yang ada di dalam tanah . penyiangan minimal 3 kali penyiangan pertama dilakukan ketika umur padi 10, 20, 30, 40 HST. Proses pengelolaan air dan penyiangan dalam metode SRI dilakukan sebagai berikut: 1. Ketika padi mencapai umur 1-8 HST keadaan air di lahan adalah macak- macak. 2. Sesudah padi mencapai umur 9-10 HST air kembali digenangkan dengan ketinggian 2-3 cm, ini dilakukan untuk memudahkan penyiangan tahap kesatu. 3. Setelah selesai disiangi, sawah kembali dikeringkan sampai padi mencapai umur 18 HST. 4. Umur 19-20 HST sawah kembali digenangi untuk memudahkan penyiangan tahap kedua. 5. Umur 29-30 juga sawah digenangi untuk penyiangan ke tiga. 6. Penyiangan ke empat pada umur 39-45 HST. 7. Dan diakhir fase vegetative sekitar umur 45-50 HST sawah dikeringkan, tujuanya agar menekan pertumbuhan anakan dan penyerapan unsur hara fokus terhadap awal fase generatif. 8. Selanjutnya setelah padi berbunga, sawah diairi kembali setinggi 1-2 cm dan kondisi ini dipertahankan sampai padi “masak susu” (±15-20 hari sebelum panen). 9. Kemudian sawah kembali dikeringkan sampai panen. H. Pemupukan Dalam penerapanya metode SRI tidak menggunakan pupuk dan bahan kimia sintesis, pupuk kimia atau racun sintesis seperti urea, TSP dll. Upaya ini menjadi bagian yang sangat mendasar untuk melestarikan alam dan kehidupan serta tidak merusak keseimbangan ekosistem termasuk unsure-unsurnya. Penggunaan pupuk kimia buatan digantika dengan perlakuan penyemprotan menggunakan larutan mol atau dengan pupuk cair organik. Penyemprotan menggunakan MOL ini dimaksudkan untuk memelihara vitalitas kehidupan mikroorganisme dalam bioreactor yang akan sepenuhnya mengambil alih fungsi dan kebutuhan pemupukan. Mol yang disemprotkan terbuat dari bahan-bahan sebagai berikut: 1. Penyemprotan I dilakukan pada saat umur 10 HST, dengan memnyemprotkan mol yang terbuat dari daun gamal, dengan dosis 14 liter/ha. 2. Penyemprotan II dilakukan pada saat umur 20 HST, dengan memnyemprotkan mol yang terbuat dari batang pisang, dengan dosis 30 liter/ha. 3. Penyemprotan III dilakukan pada saat umur 30 HST, dengan memnyemprotkan mol yang terbuat dari urine sapi, dengan dosis 30 liter/ha. 4. Penyemprotan IV dilakukan pada saat umur 40 HST, dengan memnyemprotkan mol yang terbuat dari batang pisang, dengan dosis 30 liter/ha. 5. PenyemprotanVdilakukan pada saat umur 50 HST, dengan memnyemprotkan mol yang terbuat dari serabut, dengan dosis 30 liter/ha. 6. PenyemprotanVI dilakukan pada saat umur 60 HST, dengan memnyemprotkan mol yang terbuat dari buah-buahan dan sayuran, dengan dosis 30 liter/ha. 7. PenyemprotanVII dilakukan pada saat umur 70 HST, dengan memnyemprotkan mol yang terbuat dari terasi, dengan dosis 30 liter/ha. 8. PenyemprotanVIII dilakukan pada saat umur 80 HST, dengan memnyemprotkan mol yang terbuat dari terasi, dengan dosis 30 liter/ha. I. Pengendalian Hama dan Penyakit Dalam metode SRI, pengendalian hama dilakukan dengan sistim PHT. Dengan system ini, petani diajak untuk bisa mengelola unsur-unsur dalam agroekosistem (seperti matahari, tanaman, mikroorganisme, air, oksigen, dan musuh alami) sebagai alat pengendali hama dan penyakit tanaman. Cara yang dilakukan petani misalnya dengan menempatkan bilah-bilah _isban/ajir di petakan sawah sebagai “terminal” capung atau burung kapinis Selain itu petani juga menggunakan pestisida berupa ramuan yang diolah dari bahan-bahan alami untuk menghalau hama. Untuk pengendalian gulma, metode SRI mengandalkan tenaga manusia dan sama sekali tidak memakai herbisida. Biasanya digunakan alat bantu yang disebut “susruk”. .Ini adalah semacam garu yang berfungsi sebagai alat pencabut gulma. Dengan alat ini, gulma yang sudah tercabut sekaligus akan dibenamkan ke dalam tanah untuk menambah bahan didalam tanah. Perlu diingat, bahwa dalam aplikasi metode SRI, gulma yang tumbuh akan _isbandi banyak karena sawah tidak selalu ada dalam kondisi tergenang air. J. Panen Panen dilakukan setelah tanaman menua dengan ditandai dengan menguningnya semua bulir secara merata. Bila bulir digigit tidak sampai mengeluarkan air. Dari pengalaman di lapangan, dengan pemasakan bulir pada SRI lebih cepat terjadi sehingga umur panen lebih cepat dan bulir padi lebih banyak dan lebih padat. Demonstrasi area yang dilakukan selama ini membuktikan bahwa SRI mampu memberikan kelebihan hasil panen seperti : 1. Tinggi tanaman lebih tinggi mulai umur tanaman 60 hari 2. Jumlah anakan 2 kali lebih banyak sejak umur 40 hari 3. Jumlah anakan produktif meningkat 2 kali 4. Jumlah bulir permalai lebih banyak 5. Jumlah bulir bernas lebih banyak 6. Berat bulir per 100 butir gabah lebih tinggi 7. Kadar air saat panen lebih rendah Denga sejumlah peningkatan tersebut di atas, sudah pasti SRI memberikan nilai produktivitas yang jauh lebih tinggi disbanding dengan metode konvensional. III. PENUTUP A. Kesimpulan Metode SRI menguntungkan untuk petani, karena produksi meningkat sampai 10 ton/ha, selain itu karena tidak mempergunakan pupuk dan pestisida kimia, tanah menjadi gembur, mikroorganisme tanah meningkat jadi ramah lingkungan. Untuk mempercepat penyebaran metode SRI perlu dukungan dengan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah. B. Saran 1. Selain pengalaman , keberhasilan didalam suatu budidaya harus ditunjang oleh penguasaan teknologi yang terkait yaitu proses budidaya, perawatan, panen dan pasca panen. 2. Factor-faktor yang mempengaruhi dalam proses budidaya terutama pengndalian hama dan penyakit harus dipeerhatikan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. DAPTAR PUSTAKA http://epetani.deptan.go.id/diskusi/budidaya-tanaman-padi-sri-626 http://rizkipradana.blogspot.com/2012/03/budidaya-padi-dengan-metode-sri-system.html http://sri.ciifad.cornell.edu/countries/indonesia/extmats/indoSampoernaManual09.pdf http://syiena.wordpress.com/2011/09/21/budidaya-padi-sistem-sri/ Kuswara dan Alik Sutaryat, 2003. Dasar Gagasan dan Praktek Tanam Padi Metode SRI (System of Rice Intencification). Kelompok Studi Petani (KSP). Ciamis Mubiar Purwasasmita dan Alik Sutaryat,2012. Padi SRI Organik Indonesia. Penebar Swadaya, Jakarta. Mutakin, J. 2005. Budidaya Keunggulan Padi SRI (Systen of Rice Intencification). Makalah . Untuk Indonesia, 2008. SRI Sytem Rice intensification, Pasuruan